Kaki Gunung Soputan

Para Pejuang / Pemerhati Budaya Minaesa-Minahasa Land bersama dengan Tonaas Suku Tonsawang.

Wa'i Lesung i Nawo / Ratu Oki

Lesung ini merupakan sebagai Identitas anak Suku Tonsawang / Toundanouw.

Sumur Abur

Salah satu situs Budaya yang berada di Suku Tonsawang / Toundanouw.

Minggu, 29 Maret 2015

Mengenal Budaya Sulawesi Tengah

Sekarang kita akan membahas kebudayaan dari Sulawesi Tengah (Sulteng). Kita akan berkenalan dengan Rumah adat, pakaian adat, tari-tarian, senjata tradisional, suku, bahasa dan lagu tradisionalnya.

1.    Rumah Adat
Rumah adat Sulawesi Tengah disebut Rumah Tambai. Rumah tambai berupa rumah panggung dan atapnya sekaligus berfungsi sebagai dinding anak tangga dengan jumlah ganji menandaan rumah kepala adat dan yang berjumlah genap adalah milik penduduk desa.

Alas rumah tersebut terdiri dari balok balok yang disusun, sedangkan pondasi atau dasarnya terdiri dari batu alam. Tangga untuk naik terbuat dari batang batang kayu bulat dan atap rumah Tambai itu terbuat dari daun rumbai atau bumbu yang dibelah dua.
 
2.    Pakaian Adat
 
Pakaian adat untuk prianya berupa hiasan kepala yang khas, siga namanya, baju yang menyerupai jubah yang disebut buya dan sebilah keris (pasatimpo) terselip pada pending yang ada dipinggang.

Wanitanya memakai baju yang disebut patimah lola, kalung susun atau gena kambora, gelang yang disebut pontodate, dan anting anting yang disebut dali. Kepala dan dahi diberi hiasan yang dinamakan dadasa. Selain itu ia pun memakai pending. Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan di Donggala.
 
 
3.    Tari tarian Sulawesi Tengah 
  • Tari Lumense dari Poso merupakan tarian selamat datang untuk menyambut tamu angung. 
  • Tari Peule Cindi termasuk pula tarian untuk menyambut tamu angung. Puncak acaranya adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu. 
  • Tari Pepoinaya tari ini menggambarkan ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap keberhasilan panen atau berkah kedatangan tamu tamu penting. Tari ini digarap berdasarkan unsur ak tari tradisional dari daerah Poso, Sulawesi Tengan yang dipadukan dengan gerak tari Moenda, Motorompio, dan Molinga.
Tari Lumense
4.    Senjata Tradisional
Pasatimpo adalah senjata tradisional yang terkenal di Sulteng. Bentuk hulunya bengkok kebawah dan sarungnya diberi tali. Senjata terkenal lainnya adalah tomak kanjoe atau surampa (ujungnya berbentuk trisula), parang, tombak, pisau, perisai, dan sumpitan. Senjata parang dipakai untuk bertani atau untuk berperang. Sedangkan tomak dipergunakan untuk berburu babi, mencari ikan atauk untuk berperang. 
Pasatimpo
5.    Suku  : Suku dan marga yang terdapat didaerah Sulawesi Tengah adalah Kaili, Kulawi, Mori, Pamona, Banggai, Balatar, dan lain lain.

6.    Bahasa Daera    : Kulawi, Kaili, Blatar, Mori, Banggai, dan lain lain.

7.    Lagu Daerah        : Tope Gugu, Tondok, Kadadingku.

Mengenal Budaya Papua

1. Rumah Adat
Salah satu contoh rumah adat Papua dinamakan Honai. Honai merupakan rumah adat Papua yang dihuni oleh suku Dani. Rumah tersebut terdiri dari dua lantai yaitu lantai pertama sebagai tempat tidur dan lantai kedua untuk tempat bersantai, makan dan mengerjakan kerajinan tangan. Pintu Honai amat kecil, tanpa jendela dan atapnya terbuat dari rumput lalang.
Rumah Adat Papua
Honai terbentuk seperti jamur dengan ketinggian sekitar 4m. Rumah itu luasnya sekitar12-16m. Dahulu anak laki laki diwajibkan berjaga jaga di Honai dari malam hingga pagi hari, sedangkan anak perempuan/para gadis boleh tidur di Honai secara berkelompok. Selain itu terdapat pula rumah yang berfungsi sebagai kuil animisme. Rumah itu berbentuk kerucut tinggi keatas.
2. Pakaian Adat
Pria Papua mengenakan pakaian adat berupa hiasan kepala, kalung yang terbuat dari gigi dan tulang hewan, kalung dari kerang, ikat pinggang dan sarung yang berumbai rumbai. Tombak beserta, tameng dengan hiasan yang khas ikut menyertai pakaian adatnya.
Wanitanya memakai kalung dari kerang dan gigi binatang, hiasan pada lengan serta pakaian berumbai rumbai.
Pakaian Adat Papua
3. Tari tarian Daerah Papua
  • Tari Selamat Datang, merupakan tari yang mempertunjukkan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.
  • Tari Musyoh, merupakan tari suci/keramat dalam upaya mengusir arwah orang meninggal karena kecelakaan.
  • Tari Mbes, merupakan tari garapan yang berfungsi sebagai tari penyambutan tamu. Yang unik dalam tari ini adalah adanya penggambaran tamu yang digotong dalam posisi berlentang pada sebuah perisai. Sementara tifa, yang ritmis dinamis ditengah perkikan perkikan khas, merupakan warna tersendiri bagi tari yang diangkat dari daerha Asmat ini.
Tari Selamat Datang, Papua
4. Senjata Tradisional
Salah satu senjata tradisional di Papua adalah pisau belati. Senjata ini terbuat dari tulang burung Kasuari dan bulunya menghiasi hulu belati tersebut.
Senjata utama penduduk asli Papua lainnya adalah busur dan panah. Busur terbuat dari bumbu dan kayu, sedangkan tali busur terbuat dari rotan. Anak panahnya terbuat dari bumbu, kayu atau tulang kanguru. Busur dan panah dipakai untuk berburu atau berperang.
Pisau Belati
5. Suku : Suku dan marga yang terdapat didaerah Papua adalah : Asmat, Dani dan suku suku lain yang jumlahnya banyak sekali, tergantung pada keberadaan sukunya, termasuk pula yang tergolong suku Rumpu Melanisia.
6. Bahasa Daerah : Papua.
7. Lagu Daerah  : Apuse, Yamko Rambe Yamko.

Mengenal Budaya Papua Barat

Papua Barat merupakan provinsi yang terletak di wilayah Indonesia bagian Barat Pulau Papua. Sebelumnya  provinsi ini bernama Irian Jaya Barat dan berdasarkan UU No. 45 tahun 1999 pada tanggal 18 April 2007 Irian Jaya Barat resmi berganti nama menjadi Papua Barat. Seperti yang kita ketahui di Papua dan Papua Barat memiliki banyak keunikkan tersendiri, berbagai macam penduduk dan suku aslinya, alam nan indah serta rumah-rumah yang adat di Papua. Untuk kita seperti biasa kita akan mengenal dan mengulas budaya-budaya yang dimiliki oleh Provinsi Papua Barat.


1. Rumah Adat Papua Barat

Rumah adat Papua Barat yang diberi nama Rumah Kaki Seribu ini berada di TMII kawasan anjungan Papua Barat. Rumah ini dibangun sebagai tempat memeragakan dan memamerkan berbagai peninggalan budayanya seperti peralatan alat musik, pakaian adat, kerajinan tangan yg terdapat di Papua Barat dan lain sebagainya. Arsitektur bangunan ini bercorak Manokrawi. rumah adat ini merupakan rumah panggung yang memiliki banyak tiang sebagai penopangnya. 



Rumah Adat Papua Barat di TMII

Namun, sebenarnya rumah adat provinsi Papua Barat yang asli berasal daru suku Arfak, bernama Mod Aki Aksa (Lgkojei) yang berarti Rumah Kaki Seribu. Rumah adat yang asli atapnya terbuat dari daun jerami atau daun sagu dan kayu sebagai tiangnya. Tiang-tiang yang dibuat ada yang pendek dan ada yang tinggi, tiang tersebut berguna untuk melindungi diri dari musuh dan ancaman orang yang berniat jahat atau ilmu hitam. 

Rumah Adat Papua Barat Asli



2. Pakaian Adat Papua Barat

Pakaian adat di wilayah Papua Barat bernama pakaian adat Serui. Tidak jauh berbeda dengan pakaian adat yang ada di Papua, bentuk pakaiannya hampir sama baik pria dan wanita. Model penutup badan bagian bawah serta bajunya sama. Mereka memakai baju dan penutup badan bagian bawah dengan bentuk yang sama. Hiasan didada dan kepala juga mereka kenakan  berupa kalung, gelang, hiasan burung cendrawasih pada bagian kepala daln lain sebagainya.  Merupakan ciptaan baru yang tergambar pada bentuk pakaiannya. Perlengkapan yang dikenakan pria pada saat pernikahan biasanya pengantin pria memegang perisai seperti panah atau tombah agar berkesan adat Papua.

Pakaian Adat Papua Barat




3. Tari daerah Papua Barat

- Tari Perang merupakan tari yang melambangkan kegagahan dan kepahlawanan masyarakat Papua.

- Tari Suanggi merupakan tari yang mengisahkan seorang istri yang mati akibat korban angi-angi (jejadian).






4. Senjata Tradisional: Pisau Belati yang terbuat dari tulang kaki burung, Panah dan Busur. Senjata ini digunakan untuk berperang atau berburu. 

5. Suku: Suku Arfak, Suku Asmat, Suku Dani, Suku Mey dan SUku Sentan. 

6. Lagu Daerah: Yamko Rambe Yamko, Apuse.

Sabtu, 28 Maret 2015

Mengenal Budaya Sulawesi Barat

Selanjutnya mari kita lihat beberapa kebudayaan di Provinsi Sulawesi Barat. Provinsi ini merupakan provinsi baru di Indonesia yang terbentuk dari pemekaran Provinsi Sulawesi Selatan, dan kini telah menjadi Provinsi ke-33 yang diresmikan sejak 5 Oktober 2004 berdasarkan UU No. 26 Tahun 2004. Ibukota provinsi Sulawesi Barat ini adalah Mamuju. Luas wilayahnya sekitar 16,796.19 km². Secara geografis, provinsi ini terletak di posisi silang dari Segitiga emas Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah, serta langsung menghadap rute berlayar nasional dan internasional selat Makassar.

Saat ini Sulawesi Barat terkenal dengan kakaonya, kopi (robusta dan arabika), cengkeh, dan kelapa. Emas, batu bara, dan minyak telah menjadikan provinsi makmur. Lebih lengkapnya kebudayaan yang ada di Provinsi Sulawesi Barat ini akan kami sajikan dibawah ini.

1. Rumah adat
Rumah adat Mandar, yakni rumah panggung yang memiliki bentuk yang hampir sama dengan rumah adat suku Bugis dan Makassar. Perbedaanya pada bagian teras (lego) lebih besar dan atapnya seperti ember miring ke depan. Bentuk rumah panggung yang berdiri diatas tiang-tiangnya dimaksudkan untuk menghindari banjir dan binatang buas. Dan apabila semakin tinggi tingkat kolong rumah menandakan semakin tinggi pula tingkat status sosial pemiliknya.  Atap rumah umumnya terbuat dari sirap kayu besi, bambu, daun nipah, rumbia, ijuk atau ilalang. Tangga terbuat dari kayu (odeneng) atau bambu (sapana) dengan jumlah anak tangganya ganjil. Tingkat dinding berbentuk segitiga yang bersusun sebagai atap juga menunjukan kedudukan sosial pemilik rumah.



2. Pakaian Tradisional
Di Sulawesi Barat mempunyai keragaman baju tradisionalnya. Pakaian tradisional Sulawesi Barat biasanya dikenakan dalam pertunjukan tari, acara pernikahan dll yang memiliki keragaman dalam busananya.

Pakaian adat pada pria mengenakan jas yang tertutup dan berlengan panjang, dipadukan celana panjang sebagai pakaian bawahnya. Terdapat kain sarung yang dililitkan pada pinggangnya sampai kelutut. Sedangkan pakaian adat pada wanita Sulawesi Barat mengenakan baju Bodo dengan dihiasi kalung, gelang serta giwang. pada bagian kepala dikenakan sanggul dan beberapa hiasannya. Pakaian bawah dikenakan sarung yang dikenakan seperti rok.

pakaian adat Sulawesi Barat
3. Tari Daerah
  • Tari Bamba Manurung, ditujukan sewaktu acara pesta Adat Mamuju yang dihadiri oleh para penghulu adat beserta para tokok adat. Pakaian tari ini disebut baju Badu, dan di hiasi oleh bunga melati beserta kipas sebagai perlengkapan tarinya.
  • Tari Bulu Londong, ditujukan pada acara Rambutuka sebagai rasa syukur penduduknya.Pakaian tari ini mengenakan baju adat Mamasa yang berbahan bulu burung. Perlengkapan tari yang dipakai adalah terompet, pedang atau tombak, sengo, kepala manusia dll.
  • Tari patuddu ditujukan dalam acara untuk menyambut para tetamu dari luar maupun dalam negeri. Tarian ini merupakan tarian suku Mandar yang tinggal di Sulawesi Barat.

Tari Patuddu

4. Senjata Tradisional: Badik

Badik atau badek bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar.

Badik
5. Suku-suku Sulawesi Barat: ada terdiri dari Makassar (1,59%),Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Suku Mandar (49,15%), dan suku lainnya (19,15%).

6. Lagu Daerah: Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk.

7. Bahasa Daerah: Bahasa Mandar, Bahasa Bugis, Bahasa Toraja, Bahasa Makasar

8. Alat Musik Tradisional: Kecapi, cara memainkannya dengan  dipetik pada bagian senarnya.

Mengenal Budaya Kalimantan Utara


Kalimantan Utara (Kaltara) merupakan Provinsi di Indonesia yang terletak dibagian utara Pulau Kalimantan yang juga merupakan pecahan dari provinsi Kalimantan Timur. Kalimantan Utara berbatasandengan Negara bagian Serawak dan Sabah, Malaysia Timur. Awalnya, pemekaran provinsi baru ini yang terpisah dari Kalimantan Timur mengalamai proses yang sangat panjang mulai pada tahun 2000-an. Hingga pada akhirnya pada 25 Oktober 2012 dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan pembentukan provinsi baru Kalimantan Utara sebagai provinsi yang ke-34 di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012.

Adapun kali ini seperti biasa kita akan mengenal inventaris kebudayaan yang dimiliki oleh provinsi Kalimantan Utara

1. Rumah Adat Kalimantan Utara


Rumah Baloy merupakan rumah adat yang  terkenal dari masyarakat Kalimantan Utara. Bentuk bangunan rumah adat ini terlihat lebih modern dan modis karena hasil pengembangan arsitektur Dayak dari Rumah Panjang (Rumah Lamin) yang dihasilkan oleh Masyarakat suku Tidung yang tidak lain merupakan suku di Kalimantan Utara. Seperti suku lainnya, suku Tidung ini mempunyai kebudayaan dan model rumah adat sendiri.
Rumah Adat Baloy Tidung
Rumah Baloy dibangun menghadap ke utara, sedangkan pintu utamanya menghadap ke selatan. Rumah adat baloy terbuat dari bahan dasar kayu ulin. Ada terdapat empat ruang utama di dalam Rumah Baloy yang biasa disebut Ambir, yaitu:
  1. Alat Kait atau Ambir Kiri sebagai tempat menerima pengaduan masalah adat maupun perkara-perkara lainnya.
  2. Lamin Bantong atau Ambir Tengah sebagai tempat pemutusan perkara adat hasil sidang pemuka adat.
  3. Ulat kemagot atau Ambir Kanan sebagai tempat istirahat maupun berdamai setelah selesainya perkara adat.
  4. Lamin Dalom sebagai tempat singgasana Kepala Adat Besar Dayak Tidung.
Sedangkan pada bagian belakang Rumah Baloy, dibuat bangunan di tengah-tengah kolam yang disebut dengan Lubung Kilong. Bangunan ini adalah sebuah tempat untuk menampilkan kesenian suku Tidung, seperti Tarian Jepen.
Lubung Kilong
Ada lagi dibagian belakang rumah Lubung Kilong bangunan besar sebagai tempat acara-acara pelantikan maupun musyawarah masyarakat. bangunan ini disebut Lubung Intamu.
Lubung Intamu
2. Pakaian Adat Kalimantan Utara


Pakaian adat Kalimantan Utara hampir mirip dengan pakaian adat di Kalimnatan Timur. Karena provinsi ini dulu termasuk kedalam provinsi Kalimantan Timur sehingga untuk suku bangsa dan kebudayannya pun mirip dengan Kalimantan timur.

Pakaian adat pada pria mengenakan rompi tanpa lengan serta dililitkan kain hingga selutut. Dikepala dikenakan topi berhiaskan bulun burung.

Sedangkan pakaian adat pada wanita menegnakan rompi yang bercorak khas Kalimantan tanpa lengan serta bagian bawahnya rok. Dikepalanya dihiasi topi yang unik.



3. Tarian Tradisional: Kencet Ledo dan Jepen 

- Tari Kancet Ledo merupakan tarian daerah yang berasal dari Baram-Sarawak, Kalimantan Utara yaitu suku Dayak Kenyah.  Gerakan tari ini menggambarkan kelembutan seorang gadis, seperti ketika angin berhembus yang mengayunkan padi. Pakaian yang dikenakan dalam tari ini menggunakan pakaian adat suku Dayak Kenyah dengan rangkaian buket sejumlah ekor burung enggang.
- Adapun Tari Jepen merupakan tari bernuansa islam diiringi musik seperti musik rebana. Baju yang dikenakan berupa baju berwarna hijau dan kuning. Jumlah penarinya dalamtari ini dua orang atau lebih pasangan (perempuan dan laki-laki). Tarian ini didominasi dengan gerakan kaki.
Di negeri tetangga tari Jepen juga terkenal disana seperti Filipina, Brunei Darussalam dan Malaysia. Tari Jepen hampir sama dengan tari-tari yang ada diwilayah pesisir seperti Riau, dengan sebutan yang berbeda yakni Tari Zapin atau Japin.

4. Senjata Tradisonal: Mandau

Senjata Mandau merupakan senjata pusaka tradisional suku Dayak, berupa pusaka turun temurun yang dianggap keramat.

5. Suku Bangsa:

Sepertiga penduduk Kalimantan Utara adalah Suku Jawa yang merupakan kelompok terbesar, disusul penduduk asal Sulawesi Selatan. Selebihnya merupakan penduduk asli Kalimantan yaitu Suku Banjar, Suku Bulungan, Suku Dayak, Suku Tidung dan Suku Kutai.


Suku Dayak dengan pakaian khasnya


kuping panjang suku dayak
6. Bahasa yang dipakai oleh orang Kalimantan Utara: Bahasa Indonesia, bahasa Tidung, Bahasa Dayak.

7. Alat Musik: 


  • Babun, yaitu alat musik berbentuk bulat dan terbuat dari kayu, setiap sisinya dilapisi dengan kulit kambing dan ada lubang ditengahnya. Biasanya dimainkan dengan cara dipukul.
  • Gambang, terdiri dari 18 bilah bamboo dan dimainkan dengan cara dipukul.

Kamis, 26 Maret 2015

Mengenal Budaya Gorontalo

Daerah Sulawesi Utara merupakan asal terbentuknya provinsi Gorontalo. Karena ada beberapa hal penting, maka Gorontalo di tahun 2000  resmi menjadi provinsi baru yg ke-32 di Indonesia dan menjadi provinsi yang mandiri. Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat Sulawesi Utara. Berdasarkan sejarahnya, Gorontalo adalah salah satu kota tua di Sulawesi. Daerah ini usianya hampir sama seperti kota seperti Manado, Pare-pare dan juga Makassar. Pada masa jayanya, kebudayaan agama Islam pernah berpusat di Gorontalo di daerah Indonesia timur. Oleh karena itu di Gorontalo kebudayaannya begitu kaya. Terlihat dari rumah tradisionalnya merupakan bukti salah satu kekayaan budaya Gorontalo. Begitu juga dengan keanekaragaman budayanya.

1. Rumah Adat 
- Doluhapa, merupakan rumah adat Gorontalo yang digunakan untuk tempat bermusyaarah. Pada masa-masa pemerintahan raja, Doluhapa digunakan untuk ruang pengadilan, tmpat untuk memvonis penghianat melalui 3 aturan yaitu:

  • Alur pertahanan (keamanan), dikenal sebagai Buwatulo Bala; 
  • Alur hukum agama islam, dikenal sebagai Buwatulo Syara; 
  • Alur Hukum adat, dikenal sebagai Buwatulo Adati. 


Kini rumah adat Doluhapa digunakan oleh masyarakat Gorontalo difungsikan untuk tempat menjalankan upacara pernikahan dan juga upacara adat lain nya.



- Rumah adat Bandayo Pamboide digunakan juga digunakan sebagai tempat bermusyawarah. Dulu Rumah Bandayo Pomboide ini difungsikan sebagai tempat pagelaran budaya khas Gorontalo. Berbeda dengan Doluhapa, bagian dalam Bandayo Pomboide mempunyai banyak sekat sehingga memiliki bermacam ruangan yang fungsiya juga beragam.

Jika diamati secara keseluruhan, disain arsitektur rumah adat ini (baik Doluhapa dan Bandayo Pomboide) banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam yang tumbuh dan kental di wilayah Gorontalo sejak dahulu.

2. Pakaian Adat Gorontalo

Pakaian adat Gorontalo yang biasa dikenakan pada saat upacara pernikahan, upacara khitanan, upacara baiat (pembeatan wanita), upacara penyambutan tamu, maupun upacara adat lainnya.


Pakaian adat pada pria berupa baju tertutup yang dipadankan dengan celana panjang. Pakaian ini dilengkapi penutup kepala dan kain sarung yang dililitkan di pinggang. Serta ada senjata tradisional wamilo diselipkan dililitan sarung tersebut.
Sedangkan pakaian adat pada wanita berupa baju berukuran panjang sejenis baju kurung. Dan anting berwarna emas. Biasanya, rambut wanita disanggul dengan bentuk sederhana dan dihiasi kembang emas.

3. Tari Tradisional Gorontalo

Tari tradisional provinsi Gorontalo adalah tari Polo-polo. Tari ini merupakan tari pergaulan bagi muda-mudi. Gerakkan tari ini dinamis dan beraturan. Biasanya, penarinya adalah wanita dan dilakukan oleh lebih dari dua orang.



Selain itu, ada juga tari Peule Cinde. Tari ini, termasuk pula tarian untuk menyambut tamu agung. Puncak acaranya adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu.

4. Senjata Tradisional: Wamilo

Senjata tradisional ini berbentuk seperti golok. Namun, bagian ujung hulunya sedikit melengkung ke bawah. Senjata tradisional lainnya adalah badik, Wamilo, Bitu'o (sejenis Keris), Sabele (sejenis Parang atau Lilang) dan Travalla.



5. Bahasa Daerah: Pada dasarnya terdapat banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo, Bahasa Suwawa (disebut juga Bahasa Bonda), dan Bahasa Atinggola (Bahasa Andagile).

6. Alat Musik : Polopalo




Alat musik ini terbuat dr bambu, berbentuk seperti garputala raksasa dan cara memainkannya yaitu dengan memukulkannya ke lutut. Pada perkembangannya, alat musik ini disempurnakan pada beberapa hal, salah satunya adalah kini Polopalo dibuatkan sebuah pemukul dari kayu yang dilapisi karet agar membantu dan mempermudah untuk memainkannya. Pengembangan ini memberi perubahan selain tidak memeberi rasa sakit pada bagian tubuh yang dipukul, juga membuat alat musik ini berbunyi lebih keras atau nyaring.

Mengenal Kebudayaan Maluku Utara

Sekarang kita akan membahas provinsi yang baru diresmikan pada 12 Oktober 1999 yakni Provinsi Maluku Utara yang terbentuk berdasarkan UU No. 46 Tahun 1999. Provinsi ini merupakan hasil pemekaran dari wilayah provinsi Maluku dan menjadi sebuah hal yang harus kita ketahui bersama bagaimana keanekaragaman budaya yang dimilikinya. Letaknya yang menjadikan wilayah ini sebagai surga tropis di Indonesia bagian timur dan dikelilingi oleh laut-laut. Dengan ibukotanya adalah Soffi. Penduduk Maluku Utara didominasi beragama Islam. Tidak jauh berbeda rumah adat, pakaian serta tarian daerah yang dimiliki provinsi Maluku Utara dengan Maluku. Seperti biasa berikut adalah budayanya:

1. Rumah Adat Maluku Utara
Rumah adat Maluku Utara hampir sama dengan rumah adat di Maluku yaitu rumaha adat Baileo. Rumah adat Maluku Utara ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah bagi masyarakat dan pemuka-pemuka adatnya. Selain itu sebagai tempat upacara adat seniri negeri. Rumha adat Maluku Utara berbentuk rumah panggung dengan bentuknya yang persegi. Terbuat dari kayu sebagai kerangkanya dan gaba-gaba atau semacam tangkai rumbia sebagai dinding rumahnya. Atap rumah adat ini dibuat agak besar dan tinggi dari bahan rumbia. Selain ini dibuat juga beranda atau teras pada bagian depan rumah.
 

2. Pakaian Adat Maluku Utara

Pakaian adat Maluku Utara pada pria mengenakan kemeja berenda-renda yang dilapisi dengan pakaian luar berupa jas berwarna merah atau hitam dan berlengan panjang. Pada bagian bawahnya memakai celana panjang model cutbray dan dilapisi ikat pinggang.


Sedangkan pakaian adat pada wanitanya memakai baju cele yaitu kebaya pendek bersuji dan berkanji. Dilengkapi dengan perhiasan anting, kalung panjang dan cincin. Bagian bawahnya mengenakan rok.

3. Tari daerah Maluku Utara

Tari daerah Maluku Utara yaitu Tari Lenso merupakan tari pergaulan bagi seluruh lapisan masyarakat Maluku. Gerak tarian ini lemah lembut dan gemulai, dibawakan oleh satu penari wanita atau lebih.


Tari Lenso

4. Senjata Tradisional Maluku: Senjata Parang-Sawalaku, digunakan pada saat berperang, berburu hewan serta dipakai penari pria pada tarian caklele.

5. Suku: Beraneka ragam suku yang terdapat di Maluku Utara, yakni Suku Loloda, Tobaru, Sawai, Ternate, Makian Barat, Makian Timur, Pagu, Siboyo, Gane, Ange, Suku Arab dan Eropa dan yang lainnya.

6. Bahasa Daerah Maluku Utara: yaitu Bahasa Melayu Utara atau Melayu Ternate.

7. Lagu Daerah Maluku Utara: Lagu Borero dan Moloku Kie Raha.

Mengenal Kebudayaan Sulawesi Tengah

Sekarang kita akan membahas kebudayaan dari Sulawesi Tengah (Sulteng). Kita akan berkenalan dengan Rumah adat, pakaian adat, tari-tarian, senjata tradisional, suku, bahasa dan lagu tradisionalnya.

1.    Rumah Adat
Rumah adat Sulawesi Tengah disebut Rumah Tambai. Rumah tambai berupa rumah panggung dan atapnya sekaligus berfungsi sebagai dinding anak tangga dengan jumlah ganji menandaan rumah kepala adat dan yang berjumlah genap adalah milik penduduk desa.

Alas rumah tersebut terdiri dari balok balok yang disusun, sedangkan pondasi atau dasarnya terdiri dari batu alam. Tangga untuk naik terbuat dari batang batang kayu bulat dan atap rumah Tambai itu terbuat dari daun rumbai atau bumbu yang dibelah dua.
2.    Pakaian Adat
Pakaian adat untuk prianya berupa hiasan kepala yang khas, siga namanya, baju yang menyerupai jubah yang disebut buya dan sebilah keris (pasatimpo) terselip pada pending yang ada dipinggang.

Wanitanya memakai baju yang disebut patimah lola, kalung susun atau gena kambora, gelang yang disebut pontodate, dan anting anting yang disebut dali. Kepala dan dahi diberi hiasan yang dinamakan dadasa. Selain itu ia pun memakai pending. Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan di Donggala.
 
 3.    Tari tarian Sulawesi Tengah  
  • Tari Lumense dari Poso merupakan tarian selamat datang untuk menyambut tamu angung. 
  • Tari Peule Cindi termasuk pula tarian untuk menyambut tamu angung. Puncak acarany adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu. 
  • Tari Pepoinaya tari ini menggambarkan ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap keberhasilan panen atau berkah kedatangan tamu tamu penting. Tari ini digarap berdasarkan unsur ak tari tradisional dari daerah Poso, Sulawesi Tengan yang dipadukan dengan gerak tari Moenda, Motorompio, dan Molinga.
Tari Lumense
4.    Senjata Tradisional
Pasatimpo adalah senjata tradisional yang terkenal di Sulteng. Bentuk hulunya bengkok kebawah dan sarungnya diberi tali. Senjata terkenal lainnya adalah tomak kanjoe atau surampa (ujungnya berbentuk trisula), parang, tombak, pisau, perisai, dan sumpitan. Senjata parang dipakai untuk bertani atau untuk berperang. Sedangkan tomak dipergunakan untuk berburu babi, mencari ikan atauk untuk berperang. 
Pasatimpo
5.    Suku            : Suku dan marga yang terdapat didaerah Sulawesi Tengah adalah Kaili, Kulawi, Mori, Pamona, Banggai, Balatar, dan lain lain.

6.    Bahasa Daera    : Kulawi, Kaili, Blatar, Mori, Banggai, dan lain lain.

7.    Lagu Daerah        : Tope Gugu, Tondok, Kadadingku.

Rabu, 25 Maret 2015

Mengenal Lebih Dekat Tentang Upacara Ngaben

Ngaben secara kasar bisa diartikan sebagai sebuah prosesi pembakaran mayat dalam masyarakat Hindu Bali. Secara etimologis, istilah ngaben adalah prosesi pembakaran mayat tidak selamanya tepat karena adakalanya tradisi ngaben tak selalu melulu tentang prosesi membakar mayat. Dalam bahasa lain di Bali, ngaben juga sering disebut dengan kata palebon. Kata ini diyakini berasal dari kata lebu yang berarti tanah atau debu. Jadi, ngaben atau palebon adalah sebuah prosesi upacara bagi sang mayat untuk ditanahkan (menjadi tanah). Dalam hal men-tanah-kan ini masyarakat Hindu Bali mengenal dua cara yakni dengan menguburkannya dan atau membakarnya. Dengan kata lain prosesi pembakaran mayat ada dalam upacara ngaben, tapi ngaben tidak berarti selalu berupa upacara pembakaran mayat. Secara bahasa, kata ngaben berasal dari kata beya yang berarti biaya atau bekal. Kata beya ini sendiri kemudian dalam kalimat aktif (melakukan pekerjaan) menjadi meyanin. Kata meyanin sudah menjadi bahasa baku untuk menyebutkan upacara sawa wadhana. Boleh juga disebut Ngabeyain. Kata ini kemudian diucapkan dengan pendek, menjadi ngaben.
Meskipun begitu, asal-usul dari kata Ngaben sendiri memiliki varian lainnya. Menurut beberapa para ahli, bahwa kata Ngaben itu berasal dari kata “api”. Kata api mendapat awalan “ng” dan akhiran “an” menjadi “ngapian” yang setelah mengalami proses sandi menjadi “ngapen”. Dan karena terjadi perubahan fonem “p” menjadi “b” menurut hukum perubahan bunyi “b-p-m-w” lalu menjadi “ngaben”. Dengan demikian kata Ngaben berarti “menuju api”. Dan karena yang ingin Budaya Nusantara bahas di sini adalah ngaben yang terdiri dari prosesi pembakaran mayat, maka kiranya istilah itu baik juga dipakai di sini.

Pertama-tama, dan adalah yang paling esensial dalam pembahasan ini adalah tempat dan alat untuk mengabukan mayat yang disebut dengan istilah pemasmian dan tunon. Pemasmian sendiri merupakan tempat atau wadah untuk memproses sang mayat menjadi abu, yang secara bahasa berasal dari kata basmi. Sedangkan tunon sendiri yang berasal dari kata tunu (bakar) merupakan areal dimana prosesi itu dilaksanakan. Kata lain dari tunon ini adalah setra atau sema. Setra berarti tegalan dan sema adalah sebutan lain dari Dewi Durga. Upacara pokok dan inti dalam ngaben itu sendiri disebut dengan istilah Tirta Pangentas yang bertujuan untuk memutuskan hubungan kecintaan sang roh (atma) dengan jasad wadagnya (jasmani) untuk kemudian mengantarkannya kembali ke alam pitra (alam keabadian).

Adapun, api yang digunakan dalam upacara ngaben ini terbagi menjadi dua jenis api, yakni, api sekala (kongkrit/nyata) dan api niskala (abstrak/tak nyata). Api sekala adalah api yang memang secara real digunakan untuk membakar tubuh sang mayat hingga menjadikannya abu. Sedangkan api niskala merupakan api tak kasat yang bertujuan untuk membakar kekotoran dan dosa-dosa yang melekati roh. Proses membakar kotoran dan dosa-dosa ini sendiri disebut dengan istilah mralina.

Di antara dua jenis api dalam upacara Ngaben itu, ternyata yang lebih tinggi nilainya dan mutlak penting adalah api niskala atau api praline yang muncul dari sang Sulinggih. Sang Sulinggih (sang muput) akan memohon kepada Dewa Siwa agar turun memasuki badannya (Siwiarcana) untuk melakukan “pralina”. Mungkin karena api praline dipandang lebih mutlak/penting, dibeberapa daerah pegunungan di Bali ada pelaksanaan upacara Ngaben yang tanpa harus membakar mayat dengan api, melainkan cukup dengan menguburkannya. Upacara Ngaben jenis ini disebut “bila tanem atau mratiwi”. Jadi ternyata ada juga upacara Ngaben tanpa mengunakan api (sekala). Tetapi api niskala/api praline tetap digunakan dengan Weda Sulinggih dan sarana tirtha praline serta tirtha pangentas.

Lepas dari persoalan api mana yang lebih penting. Khusus tentang kehadiran api sekala adalah berfungsi sebagai sarana yang akan mempercepat proses peleburan sthula sarira (badan kasar) yang berasal dari Panca Mahabutha untuk menyatu kembali ke Panca Mahabhuta Agung yaitu alam semesta ini. Proses percepatan pengembalian unsure-unsur Panca Mahabhuta ini tentunya akan mempercepat pula proses penyucian sang atma untuk bisa sampai di alam Swahloka (Dewa Pitara) sehingga layak dilinggihkan di sanggah/merajan untuk disembah. Tentunya setelah melalui upacara “mamukur” yang merupakan kelanjutan dari “Ngaben”.

Jenis-jenis Ngaben yang Lazim pada Masyarakat Hindu Bali
Dalam masyarakat Hindu Bali, upacara ngaben terdiri dari beberapa jenis yang secara garis besar terbagi menjadi dua jenis ngaben yakni ngaben sederhana dan ngaben sarat (meriah). Untuk jenis-jenis ngaben yang termasuk ke dalam ngaben sederhana antara lain: Mendhem Sawa, Ngaben Mitra Yajna, Pranawa, Pranawa Bhuanakosa, dan Swasta. Sedangkan untuk ngaben yang termasuk ke dalam ngaben sarat tergantung jenis sawa (jenasah) yang diupakarakan yaitu Sawa Prateka dan Sawa Wedhana.


a.   Jenis-jenis yang termasuk dalam Ngaben Sederhana:
1. Mendhem Sawa
Mendhem Sawa secara harfiah berarti menguburkan mayat. Dan seperti yang sudah saya jelaskan di atas, yakni Upacara Ngaben yang tidak dengan membakar mayat atau disebut dengan “bila tanem atau mratiwi”. Di samping itu juga, dalam masyarakat Hindu Bali ada semacam konfensasi untuk menunda pembakaran sang mayat karena tersebab oleh hal-hal yang dapat diterima seperti kurangnya biaya, sedang dalam keadaan darurat dan sebagainya. Atau mungkin juga dengan alasan-alasan filosofis seperti bahwa agar ragha sarira yang berasal dari unsur prthiwi sementara dapat merunduk pada prthiwi dulu. Yang secara ethis dilukiskan agar mereka dapat mencium bunda prthiwi. Namun perlu diingatkan bahwa pada prinsipnya setiap orang mati harus segera di aben. Bagi mereka yang masih memerlukan waktu menunggu sementara maka sawa (jenasah) itu harus di pendhem (dikubur) dulu. Dititipkan pada Dewi penghuluning Setra (Dewi Durga).

2. Ngaben Mitra Yajna
Ngaben Mitra Yajna sebenarnya bukanlah nama yang resmi digunakan, tapi karena jenis ngaben ini oleh Lontar Yama Purwana Tattwa, di mana jenis ngaben ini bersandar, tak disebutkan namanya maka untuk membedakan dengan ngaben-ngaben lainnya maka ngaben ini secara tak resmi disebut dengan Ngaben Mitra Yajna. Mitra Yajna sendiri merupakan asal dari kata Pitra dan Yajna yang artinya kobaran suci. Secara garis besar, Ngaben Mitra Yajna ini dapat dijelaskan sebagai sebuah upacara pembakaran mayat seperti yang ditetapkan menurut ketentuan dalam Yama Purwana Tattwa. Ciri lain yang menonjol dari jenis ngaben ini adalah melakukan upacara ngaben selama tujuh hari dengan waktu pelaksanaan yang sembarang (tidak bersandar pada perhitungan hari baik).

3. Pranawa
Pranawa adalah aksara Om Kara. Adalah nama jenis ngaben yang mempergunakan huruf suci sebagai simbol sawa. Dimana pada mayat yang telah dikubur tiga hari sebelum pengabenan diadakan upacara Ngeplugin atau Ngulapin. Pejati dan pengulapan di Jaba Pura Dalem dengan sarana bebanten untuk pejati. Ketika hari pengabenan jemek dan tulangnya dipersatukan pada pemasmian. Tulangnya dibawah jemeknya diatas. Kemudian berlaku ketentuan seperti amranawa sawa yang baru meninggal. Ngasti sampai ngirim juga sama dengan ketentuan ngaben amranawa sawa baru meninggal, seperti yang telah diuraikan.

4. Pranawa Bhuanakosa
Jenis ngaben ini merupakan ajaran Dewa Brahma kepada Rsi Brghu, yang pada intinya merupakan prosesi upacara pembakaran mayat bagi yang belum lama meninggal. Dalam Pranawa Bhuanakosa ini tidak ada ketentuan bahwa sang mayat sebelumnya telah dikuburkan atau tidak. Selama sang mayat belum terlalu lama meninggal maka jenis ngaben ini dapat dilaksanakan.

5. Swasta
Ngaben Swasta dikhususkan bagi orang yang meninggal dan mayatnya tidak diketahui keberadaannya, tidak ditemukan (baik karena hilang atau karena terlalu lama dikuburkan), atau terlalu jauh (meninggal di tempat yang jauh). Tiga hari sebelum pengabenan diadakan upacara ngulapin, bagi yang meninggal di kejauhan yang tidak diketahui dimana tempatnya, upacara pengulapan, dapat dilakukan diperempatan jalan. Dan bagi yang lama di pendhem yang tidak dapat diketahui bekasnya pengulapan dapat dilakukan di Jaba Pura Dalem.



b.   Jenis-jenis yang termasuk dalam Ngaben Sarat:
Jenis-jenis Ngaben Sarat terbagi atas dua jenis tergantung dari jenis mayat yang akan diaben yaitu apakah jenis Sawa Prateka atau Sawa Wedhana.

1. Sawa Prateka
Sawa Prateka adalah dikhususkan bagi mayat yang baru meninggal dan belum pernah diadakan upacara penguburan sama sekali. Prosesinya sendiri secara singkat dapat dikronologiskan sebagai berikut: setelah ruh meninggalkan badan, maka pertama-tama yang dilakukan oleh keluarga mendiang adalah mengadakan upacara bagi sang mendiang seperti memandikan jenazahnya, memercikinya dengan tirta pemanah, memberinya sesaji tertentu sebagai hidangan, dengan lebih dulu atma itu disuruh kembali sementara pada badannya terdahulu.

2. Sawa Wedhana
Sawa Wedhana adalah jenis ngaben yang dilakukan untuk mayat yang telah mendapatkan upacara penguburan (ngurug). Adapun sawa yang telah ditanam di Setra namanya makingsan, dititipkan pada tanah. Atma itu dipegang oleh Bhatari Durga. Pimpinan setra. Demikian prihalnya sawa yang ditanam. Pada Waktu pengupacarakan sawa itu namanya sawa Wedhana. Tiga hari menjelang pengabenan ada upacarannya yang disebut ngulapin. Sawa yang telah pernah dipendhem disebut tawulan. Tawulan ini tidak ikut diupacarakan lagi tawulan ini diganti dengan pengawak, yang terbuat dari kayu cendana atau kayu mejegau yang panjangnya satu lengkat satu hasta. Dan lebarnya empat jari. Cendana ini digambari orang-orangan sebagai pengganti sawa. Pengawak ini disebut sawa karsian. Upacara ngaben jenis ini juga disebut Sawa Rsi.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More