Saat berada di Suku Tonsawang (toundanouw) dan memasuki wanua/Desa Kali Oki Kec. Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara, maka akan kita jumpai sebuah danau yang kita kenal dengan danau Bulilin atau yang dikenal oleh anak Suku Tonsawang dengan nama Luah Bulilin (Luah dalam bahasa Tonsawang berarti Danau), Luah Bulilin berada diantara wanua Kali, Tombatu Satu, Betelen Satu.
Pemandangan Luah Bulilin dari Wanua Kali Oki Kec.Tombatu Kab.Minahasa Tenggara |
Danau (Luah) Bulilin bila dilihat dari atas nampak seperti jari-jari tangan yang terbuka, dan dari antara danau yang ada di Kec. Tombatu Raya, Danau Inilah yang paling besar. Danau Bulilin awalnya merupakan tempat mandi dan tempat mencari Ikan dari anak-anak suku Tonsawang yang mendiami Wanua Kali Oki, Tombatu Satu, Betelen Satu dan sekitar danau. Namun keadaan danau bulilin dahulu dibandingkan dengan sekarang sudah jauh sekali perbedaan pemandangannya, karena kalau dilihat keadaan sekarang ini pemandangannya sudah dicorengi dengan pendirian rumah makan terapung dan jaring/tambak ikan tempat memelihara ikan, dapat dilihat dari gambar di atas maupun yang dibawah ini :
Pemandangan dari Desa Betelen Satu Kec. Tombatu |
Sejarah tentang Danau Bulilin ini menurut cerita rakyat bahwa : Konon pada masa lampau keadaan Wanua yang didiami anak Suku Tonsawang memiliki sebuah danau yang besar (digenangi air), dan pada masa Dotu/Nawo Lelemboto (ada juga yang menyebutnya Lelengboto) danau yang besar tersebut dapat di keringkan dengan cara menggunakan kesaktiannya dengan menancapkan sembilan lidi Enau/Seho (Siow Dele i Ketan) dan membelah bukit basian yang saat ini dikenal dengan "Gunung Potong" yang berada di bagian tenggara wanua Kuyanga Satu Kec. Tombatu Utara, sehingga air yang menggenangi tempat tersebut mulai kering dan meninggalkan danau-danau kecil antara lain Danau Bulilin, Useban, Kawelaan, Tutud, Seledan, Pomubuan,Sosong, Kuyanga, Derel, dll.
Dengan adanya Danau Bulilin ini, apabila diperhatikan dan dimanfaatkan oleh pemerintah sebenarnya dapat membantu meningkatnya perekonomian khususnya masyarakat yang tinggal diseputaran danu ini, misalya dibangun jalan/jembatan gantung, menyediakan perahu untuk digunakan masyarakat saat ingin memasarkan hasil pertanian atau perikanan ke pasar Inpres Tombatu, dll, namun hal tersebut juga harus didukung/harus ada peran aktif masyarakat yang mendiami sekitaran Danau/Luah Bulilin dengan menjaga kebersihan Danau. Saat ini juga masyarakat yang tinggal disekitar Danau ini sudah merasa senang karena sudah ada perhatian dari pemerintah dengan dibagun jalan melingkari danau, walaupun belum seluruhnya, dapat dilihat dari gambar dibawah ini yang diambil dari pinngiran danau bulilin yang berada di Wanua Kali Oki :
Menurut salah satu warga yang tinggal di Wanua Tombatu mengatakan bahwa pada masanya di Tahun 1980-an, Danau Bulilin ini merupakan danau yang paling ditakuti apabila hendak mandi di situ pada Siang hari (Tenga hari), karena apabila mandi sambil berteriak-teriak dan mandi hanya sendiri saja maka akan diganggu oleh mahluk yang mendiami danau tersebut (Panunggu), tetapi hal itu juga tidak lagi dipercayai oleh masyarakat saat ini, buktinya semakin banyaknya Jaring/Tambak Ikan serta Rumah Makan terapung yang berada di Danau/Luah Bulilin ini.
Menurut salah satu warga yang tinggal di Wanua Kali Oki menuturkan bahwa menurut cerita orang tua bahwa yang menjaga Danau/Luah Bulilin ini adalah Nawo Tangguman, dan biasanya apabila musim hujan atau kemarau maka akan muncul binatang berupa Ikan Sogili (Beroy) dengan kedua matanya melotot dan berwarnah merah, dan Ikan tersebut apabila berada di air seperti Ular Cobra yang badannya berdiri sekitar 20 cm dari permukaan air, namun menurut salah satu Tua-tua adat yang ada di Wanua Tombatu yang biasa disapa dengan Om Le mengatakan bahwa yang mendiami danau Bulilin adalah seorang Nawo Perempuan yang bernama Ulin, tetapi dengan keadaan yang semakin maju maka mulai muncul berbagai versi tentang Penguasa Danau / Luah Bulilin dan pesannya agar walaupun banyak versi tentang Luah Bulilin tapi intinya marilah melestarikannya serta lestarikan Budaya Toundanouw tutur Tua-tua Adat Tombatu tersebut.
Menurut salah satu warga yang tinggal di Wanua Tombatu mengatakan bahwa pada masanya di Tahun 1980-an, Danau Bulilin ini merupakan danau yang paling ditakuti apabila hendak mandi di situ pada Siang hari (Tenga hari), karena apabila mandi sambil berteriak-teriak dan mandi hanya sendiri saja maka akan diganggu oleh mahluk yang mendiami danau tersebut (Panunggu), tetapi hal itu juga tidak lagi dipercayai oleh masyarakat saat ini, buktinya semakin banyaknya Jaring/Tambak Ikan serta Rumah Makan terapung yang berada di Danau/Luah Bulilin ini.
Menurut salah satu warga yang tinggal di Wanua Kali Oki menuturkan bahwa menurut cerita orang tua bahwa yang menjaga Danau/Luah Bulilin ini adalah Nawo Tangguman, dan biasanya apabila musim hujan atau kemarau maka akan muncul binatang berupa Ikan Sogili (Beroy) dengan kedua matanya melotot dan berwarnah merah, dan Ikan tersebut apabila berada di air seperti Ular Cobra yang badannya berdiri sekitar 20 cm dari permukaan air, namun menurut salah satu Tua-tua adat yang ada di Wanua Tombatu yang biasa disapa dengan Om Le mengatakan bahwa yang mendiami danau Bulilin adalah seorang Nawo Perempuan yang bernama Ulin, tetapi dengan keadaan yang semakin maju maka mulai muncul berbagai versi tentang Penguasa Danau / Luah Bulilin dan pesannya agar walaupun banyak versi tentang Luah Bulilin tapi intinya marilah melestarikannya serta lestarikan Budaya Toundanouw tutur Tua-tua Adat Tombatu tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar