Selasa, 30 Desember 2014

Pendapat Umum Tentang Asal Usul Orang-orang Minahasa Part 3

Lanjutan dari Part 2..... Ok langsung aja...!!!


Adapun kepercayaan pada masa Pra sejarah sebenarnya tidaklah berbeda dengan kepercayaan pada masa bercocok tanam yakni kepercayaan yang berintikan penghormatan dan pemujaan Roh Leluhur. Usaha untuk tetap memelihara hubungan dengan mereka yang telah meninggal dunia, merupakan ciri khusus dari upacara-upacara kepercayaan ini. Jika terdapat perbedaan dengan upacara bercocok tanam, hal itu hanyalah dalam bentuk lahir saja. Kemakmuran yang semakin besar mungkin menyebabkan upacara-upacara itu menjadi lebih mewah dan lebih rumit. Benda-benda upacara yang digunakan lebih banyak dan lebih indah terbuat dari perunggu. Selain hal-hal tersebut diatas besar pula kemungkinan terjadi perluasan upacara. Jika pada masa bercocok tanam hubungan antara penghuni daerah pegunungan dengan daerah pantai masih sangat jarang, maka dengan meningkatnya perdagangan pada zaman perundagian (masa akhir prasejarah di indonesia.menurut R.P.Soejono), hubungan demikian tentu lebih sering terjadi. bahkan kemungkinan bahwa ada masyarakat yang terjadi dari penduduk daerah pesisir dan penduduk daerah pegunungan. Walupun antara kedua kelompok dalam masyarakat ini tentunya masih terdapat beberapa perbedaan, tetapi karena merasa dirinya bagian dari satu masyarakat, banyak pula nilai-nilai dan norma-norma yang diakui bersama. Maka upacara-upacara yang pada umumnya dilakukan dipegunungan didaerah pedalaman, juga disertai penduduk daerah pesisir. Demikian pula sebaliknya, sebagai bangsa yang telah lama biasa mengarungi lautan, maka lautanpun pasti memegang peranan penting dalam kepercayaan masa itu. Disamping upacara-upacara Pemujaan Leluhur yang dilakukan ditempat-tempat berundak batu, juga ada upacara-upacara dilaut. Baik upacara yang berhubungan dengan kehidupan nelayan maupun upacara yang berhubungan dengan pelayaran.
Kepercayaan pada masa pra sejarah merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Seperti masih dapat kita lihat pada masyarakat sederhana di zaman sekarang, maka pengaturan masyarakat di dasarkan pada kepercayaan setiap tindakan atau peristiwa penting selalu didahului atau disertai upacara untuk mohon restu pada Roh para leluhur. Juga dalam menghukum suatu pelanggaran terhadap aturan masyarakat Roh para leluhur diminta menjadi saksi. Perhubungan dengan para leluhur dilakukan perantaraan orang-orang tertentu, mereka adalah orang-orang yang penting kedudukannya dalam masyarakat. (Hal ini akan saya diuraikan dalam postingan saya selanjutnya).

Akan tetapi sebelum saya memposting lebih lanjut tentang kepercayaan Nenek Moyang orang-orang Minahasa Purba, barang kali ada gunanya untuk mendahului tentang uraian konsep kebudayaan khususnya konsep kepercayaan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, karena hal ini ada kaitannya dengan kehidupan suku-suku di Minahasa. Dari cara orang menguburkan mayat, para sejarawan purba menarik kesimpulan bahwa pada masa itu orang sudah mempunyai anggapan tertentu mengenai kematian, dan sehubungan dengan hal itu juga mengenai apa yang terjadi dengan seseorang setelah ia mati.

Sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan, sebelum masa perundagian sebagaimana disebutkan diatas, orang mempunyai anggapan bahwa "hidup" tidak berhenti setelah seseorang mati. Orang yang mati dianggap pergi kesuatu tempat lain, keadaan tempat tersebut dianggap lebih baik dari pada dunia ini. selain itu, orang percaya bahwa orang didunia masih dapat dihubungi oleh mereka yang telah berada didunia lain. Bahkan jika yang meninggal itu orang yang berpengaruh atau orang yang ber"ilmu", maka harus diusahakan agar ia masih sudih berhubungan dengan dunia kehidupan untuk diminta nasehatnya, atau perlindungannya jika terjadi kesulitan. Inti kepercayaan seperti ini berkembang terutama dari zaman ke zaman. Bentuk lahir dari kepercayaan itu berbeda-beda, tetapi intinya sama. Penghormatan dan pemujaan terhadap roh seseorang yang telah meninggal adalah suatu kepercayaan yang terdapat diseluruh dunia, terutama penghormatan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang, baik itu nenek moyang satu keluarga maupun satu kampung.

Di Indonesia terdapat banyak peninggalan yang menunjukkan bahwa disinipun zaman prasejarah berkembang kepercayaan dengan inti yang sama. Di berbagai tempat ditemukan tempat-tempat yang dianggap keramat dimana terdapat batu-batu besar yang telah disusun pada zaman pra sejarah. Susunan batu-batu itu terdapat dalam berbagai bentuk dan disebut bangunan Megalit. Sebagian dari bangunan megalit berasal dari masa bercocok tanam dan sebagian lagi berasal dari zaman perundagian. Ada diantaranya yang berupa kubur batu, dan dalam kuburan-kuburan itu terdapat bekal kubur, yaitu benda-benda yang dibawakan kepada si mati waktu ia diturunkan ke kubur. Bekali itu dimaksudkan sebagai bekal selama perjalanan menuju ke alam "Sana" dan juga untuk bekal selama masa-masa permulaan berada di alam "sana". Sebagian dari bangunan Megalit ada pula yang berupa tempat untuk mengadakan hubungan dengan roh-roh tertentu, ditempat tersebut diadakan berbagai upacara khusus, diadakan korban hewan dan sajian-sajian lainnya.

Sebagian besar bangunan megalit terdapat di tempat-tempat yang ketinggian, misalnya di bukit, dilereng gunung dan tempat-tempat lain yang lebih tinggi dari dataran sekitarnya, keadaan ini disebabkan karena orang beranggapan bahwa tempat roh-roh adalah disuatu tempat yang tinggi. Oleh karena itu pula maka gunung-gunung pada umumnya dianggap keramat. Lebih-lebih gunung api yang masih bekerja, jika karena sesuatu hal tidak mungkin menempatkan kubur diatas sebuah bukit atau gunung, maka mayat diletakkan sedemikian rupa sehingga kepalanya mengarah kegunung atau tempat ketinggian yang dianggap keramat.

Untuk mengetahui konsep kepercayaan orang Indonesia di zaman pra sejarah, para ahli telah meneliti berbagai bangunan megalit dan kuburan pra sejarah, ternyata bahwa di Indonesia pernah terdapat berbagai adat penguburan, mungkin tiap masa perkembangan budaya mempunyai adat penguburannya sendiri. Mungkin juga terdapat berbagai adat penguburan yang berasal dari luar indonesia dan memasuki kepulauan Indonesia, karena di bawa oleh suku-suku bangsa yang berasal dari luar Indonesia dan kemudian menetap disini pada zaman pra sejarah. Mengenai hal itu masih terus diadakan usaha penelitian-penelitian, tetapi apapun hasil penelitian itu kelak, sudah jelas bagi kita bahwa masyarakat zaman prasejarah adalah masyarakat dimana kepercayaan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini jelas dari bangunan-bangunan megalit itu, bangunan-bangunan demikian tidak dibangun sembarang, tetapi tempat untuk mendirikannya dipilih dan pembangunannya tentu memerlukan pengarahan secara khusus. Dengan masuknya agama Kristen dan Islam berbagai bentuk upacara adat penguburan lama telah banyak yang tidak dilakukan. Tetapi dikalangan mereka sering masih dienal cerita-cerita yang mengisahkan zaman mereka memeluk agama-agama tersebut. Cerita-cerita itu sangat penting untuk mengerti kepercayaan zaman pra sejarah Indonesia dan bahkan kepercayaan orang-orang Minahasa pada khususnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More