Sabtu, 17 Januari 2015

Pengertian Mapalus atau Maando

Dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita telah banyak mendengar kata MAPALUS atau dalam bahasa Toundanouw (Tonsawang) biasa disebut dengan MAANDO. Untuk lebih jelasnya tentang mapalus atau Maando, ada baiknya kita mengetahui dahulu arti dari Mapalus. MAPALUS berasal dari kata "Palus" yang artinya "Tuang" atau "Curah". Mapalus merupakan suatu cara kerjasama antar manusia untuk memenuhi kebutuhan sesama atau warga/anggota dalam usaha mengolah tanah pertanian pada suatu saat yang tidak mungkin dicapai dengan kemampuan tenaga sendiri, tanpa bantuan orang lain. Dasar pokok daripada mapalus adalah daya guna dan hasil guna yaitu bahwa dengan bekerjasama dengan orang lain dapat dicapai hasil yang memuaskan. Di daerah Toundanouw (Tonsawang) dikenal dengan istilah "Pekaandoan" yang artinya bekerja sama-sama, serentak tanpa memikirkan untung rugi tetapi secara ikhlas menyumbangkan tenaganya agar suatu pekerjaan besar atau kecil selesai tepat pada waktunya. Dari istilah pekaandoan itu kemudian muncul istilah MAANDO, yang artinya sama tetapi cara maupun motivasinya agak berbeda dengan PEKAANDOAN yang sebenarnya.

Pekerjaan yang dilakukan oleh mapalus mungkin dapat pula dikerjakan oleh seorang petani sendiri, tetapi selain pekerjaan itu sangat menjemukan, maka hasilnya tidak akan memuaskan pula. Dengan berminggu-minggu petani itu akan bekerja sendiri dan setelah ia selesai dengan pekerjaan terakhir, maka bagian yang dikerjakan mula-mula telah rimbun kembali dengan rumput sehingga tidak memberikan pemandangan yang harmonis dan menyenangkan. Dengan sistim mapalus maka kekurangan-kekurangan seperti ini dapat diatasi, karena dalam mapalus terdapat faktor-faktor yang dapat menghilangkan kejemuan dan kelesuan bekerja. Orang-orang yang bekerja berdamping-dampingan dapat bekerja sambil menyanyi bersambut-sambutan dan lebih daripada itu didalam mapalus terdapat peraturan yang keras yang tidak menghendaki kemalasan dan kelengahan.

Berdasarkan hal-hal di atas, mudahlah dimengerti betapa besar daya guna dan hasil guna dengan mapalus. Apa yang dikerjakan oleh seorang petani dalam satu bulan, dapat dikerjakan dengan mapalus dalam waktu 2-3 jam kerja bersama 50 orang. Asal-Mula MAPALUS dimulai pada waktu orang-orang minahasa dahulu belum mengenal "Pasini", yaitu pada saat "Kalakeran". Menjadi adat kebiasaan dalam masa nenekmoyang dahulu kala, dimana tanah keturunan keluarga tidak dibagi-bagi walapun nenek-tete telah mempunyai keturunan yang besar sekalipun. Oleh karena tanah-tanah Kalakeran itu umumnya besar dan luas maka menurut adat kebiasaan, anak-anak keturunannya secara berganti-ganti dapat mengerjakan tanah tersebut mulai dari anak yang tertua sampai yang terbungsu dan seterusnya. Oleh karena dirasakan bekerja sendiri-sendiri kurang berhasil guna lagi pula berhari-hari bahkan bebulan-bulan, maka antara sesama anggota keluarga menyepakati bekerja secara bersama dan hasilnyapun dibagi bersama menurut jumlah keluarga masing-masing. Hal ini terjadi pada jaman dahulu di daerah Toundanouw (Tombatu) yang disebut dengan Pekaandoan tadi dalam wujud yang lebih nyata. Semula bersifat membantu tanpa mengharapkan untung atau rugi dan serentak, tetapi akibat perkembangan masyarakat dan pengalaman mereka, maka hasil dari pinekaandoan tadi dibagi secara sama-rata menurut keadaan anggota keluarga. Kalau seseorang yang membantu belum mempunyai tanggungan, maka ia mendapat pembagian hasil pertanian menurut keadaannya, tetapi kalau ia telah mempunyai tanggungan, biasanya mendapat pembagian sesuai dengan keadaan tanggungannya.

Pada saat hak milik yang disebut "Pasini" mulai dikenal, maka istilah Pekaandoan tadi menjadi "Maando", karena lebih bersifat membantu orang lain untuk mengerjakan ladang atau sawah sehingga yang bersangkutan mendapat keringanan beban tenaga dan waktu menyelesaikan pekerjaan. Oleh karena itu sistim maando lebih bersifat kekerabatan tetapi tidak spontan, artinya perlu diorganisir oleh seseorang yang dalam bahasa Toundanou (Tonsawang) disebut "PAHALASEN", yang diikuti bersama, juga seorang pengkordiner atau pemimpin kerja. Oleh karena pemukiman penduduk lama kelamaan terpisah-pisah dan makin jauh dari satu tempat ke tempat yang lain, lalu timbul mapalus yang bersifat teritorial. Pasini mulai dikenal ketika orang-orang mulai menanam tanaman bertahun ditanah Kalakeran. Oleh karena ini bertentangan dengan adat-kebiasaan, maka seringkali timbul perbantahan antar anggota keluarga dan baru pada jaman pemerintahan Belanda, tanah kalakeran itu dibagi-bagi menjadi "pasini" dari anggota-anggota keluarga menurut silsilah atau keturunan yang sah.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More